Suara Hati Adalah Kata Yang Tertunda

Kehidupan selalunya diakumulasi oleh dua suara yang selalu berkelahi dalam diri manusia. Yaitu Suara Hatinya dan Suara nafsunya. Hati yang selalu didampingi dengan perasaan dan raut wajah. Nafsu yang selalu didampingi dengan Akal dan Lidah. Namun selalunya suara hati itu terkalahkan oleh nafsu yang tidak terfilter. Blog ini pun hadir sebagai ungkapan2 hati ketika bersuara di dalam dada, namun tak sulit untuk dikatakan dengan lidah dan acapkali dengan bait-bait syair.

Sunday, July 02, 2006

Kado Ultah Rahmanita

Untuk Mu Yang Lagi Ultah


Izinkan diriku membuka kalam
Selaku hamba seorang Islam
Memanjatkan doa dan berucap salam
Semoga selamat siang dan malam

Secerah mentari terbit cemerlang
Burung berkicau turut bersenang
Hati siapa yang tiada kan girang
Ultah bersambut, orang pun datang

Rumah terhias merayu undangan
Buat tetangga, sahabat dan teman
Sang bidadari cantik menawan
Menjamu tamu dengan senyuman

Canda dan tawa sejenak mengusik
Suara merdu alunan musik
Kalau bernyanyi jangan berbisik
Sebab suara terdengar asik


Terkenang sejararah saat terlahir
Ibunda tersujud berucap zikir
Menendangkan bait-bait penyair
Kelak bahagia awal dan akhir

Kembanglah bunga indah berseri
Elok warnanya harum mewangi
Pergi merantau ke negri Gandhi
Mencari bekal hidup nan suci

Tersedar diri saat mengukur
Melihat bunga tumbuh subur
Teringat diri menghitung umur
Melihat amal takut ke kubur

Manusia terhormat karena akal
Akal terpuji karena amal
Amal diuji berhidup social
Hidup social bernilai moral

Ilmu itu pengangkat derajat
Orang berilmu pasti terhormat
Hiduplah dengan ilmu yang bermanfaat
Pembawa berkah dunia akhirat

Asal manusia tanpa bicara
Lalu berkembang mencari suara
Berkah hidup adalah ‘Agama’
Tanpa ‘Agama’ kekal di neraka

Hidup terhitung dengan usia
Di hiasi dengan suka dan duka
Orang berbudi akan mulia
Budi menurut ilmu dan ‘Agama’

Ketika usia hendak menyapa
Bentangkan sajadah tundukkan kepala
Ketika dunia akan tiada
Sandangkan ‘Agama’ pasrahkan pada Nya

Kasih terbina dengan cinta
Cinta terhina karena noda
Kalaulah hati pandai berbahasa
Tak kan akal berdalih logika

Pandai-pandai menanam cinta
Jangan dipupuk dengan berdusta
Kalaulah ingin hidup bahagia
Nikahlah dengan lelaki mulia

Menilai jangan sekali-kali
Bercinta harus berhati-hati
Memilih bukan mengkali-kali
Berkasih harus berteguh hati

Menjaga Shubuh wajah kan terang
Menunggu Zhuhur rezeki kan dating
Sempatkan Ashar penyakit kan hilang
Maghrib dan ‘Isya jadikan pemenang

Jauhkan ‘api’ dari kehidupan
Jauhkan ‘air’ dari penyesalan
Bulatkan niat dari pendirian
Santunkan lidah dari pergaulan

Berlayar siapkan bekal
Bersantun jangan berbual
Berfikir janganlah dangkal
Beriman, sosialkan moral

Di tutup kalam memohon ampun
Di atas kanvas berbait pantun
Di baca jangan, sampai tertegun
Di kenang boleh, jangan melamun

Izinkan diriku menutup kisah
Kisah pujangga mengenang sejarah
Jikalau nanti kita berpisah
Jangan lupakan hamba yang lemah

Selamat jalan selamat ultah
Jangan termenung lantas mengalah
Usaha dahulu barulah pasrah
Tegakkan hati giatkan ibadah

Jikalau sampai pada tujuan
Janganlah lupa bersalam-salaman
Jikalau ragu pada pilihan
Janganlah lupa menghadap Tuhan

Hidup itu berakhir mati
Nikah itu berakhir janji
Cinta itu berakhir benci
Tidur itu berakhir mimpi

Kalam ditutup seraya berdoa
Untuk sahabat bernama Nita
Jangan lupakan aku disana
Kalau kembali harus berdua

Cukup sudah puisi tertulis
Di tulis oleh seorang ulis
Kalau menulis tak pernah habis
Tapi ulis bukanlah puitis

Selamat jalan sampai tujuan
Sampaikan salam kepada kawan
Kalaulah sampai, tinggalkan pesan
Doa dan khabar hamba nantikan
Semoga Allah melindungi perjalanan

By: Ulis Can

Aligarh, 12-09-2005
New Delhi, 22-09-2005
Kado Puisi untuk temanku (Rahmanita Ginting) yang lagi ulang tahun.

Read more...!

Thursday, February 16, 2006

Kehidupan Dunia Dalam Perspektif Islam

Kehidupan Dunia dalam Perspektif Islam
Oleh: Muchlis Zamzami Caniago Nadwi

Manusia dewasa ini telah berada di persimpangan jalan, antara agama dan kemajuan ilmu pengetahuan. Kebimbangan pun datang mengusik lamunan di malam hari, membangunkan dari mimpi-mimpi indahnya sepanjang malam. Manusia cenderung menilai realita kehidupan dunia yang tampak di depan mata tanpa menoleh fenomena kehidupan di masa lalu. Ada sebagian darinya yang tidak merujuk kepada perintah-perintah agama sebagai pedoman hidup di dunia. Padahal, sejarah peradaban manusia telah terukir dari beberapa peristiwa kebajikan dan kebathilan. Padahal, yang di cari manusia dalam kehidupan di dunia adalah kebahagiaan.

Terangkatnya posisi manusia sebagai khalifah di muka bumi merupakan suatu kemuliaan yang tinggi dari Allah swt. Alam dan seisinya juga dipersembahkan kepada manusia untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya tanpa harus membayar upeti kepada Allah. Anugerah yang tidak ternilai berupa akal seharusnya mampu menjadikan manusia sebagai sosok kekhalifahannya, mulia. Tetapi, mengapa manusia masih berambisi mencari kehidupan dunia sebagai sesuatu yang kekal? Dunia bukanlah semata-mata warisan untuk anak cucu manusia , tetapi sebuah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah Yang Maha Kuasa.

Penciptaan Dunia.
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Tuhan Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada izin Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (Q.S. Yunus: 3)

Syeikh Muhammad ‘Ali as Shobuni dalam kitabnya Shofwatu al Tafasir menuliskan bahwa Allah swt menciptakan langit dan bumi hanya dalam enam hari. Hal ini bukan menunjukkan bahwa Allah swt tidak mampu menciptakannya hanya dalam sekejap, namun Allah ingin mengajarkan kepada hamba-hamba Nya satu sifat yang tidak tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan. Dan masih ada beberapa firman Allah yang menjelaskan tentang penciptaan dunia, namun penulis dalam hal ini lebih termotivasi dalam membahas kehidupan dunia.

Kehidupan Dunia.
Sebuah realita tentang kehidupan dunia abad ini diterjemahkan sebagai kehidupan yang sementara, tempat untuk bersenang-senang, kehidupan modern, kehidupan yang abadi dan sebuah kehidupan yang fana. Di sisi lain kehidupan dunia dipandang sebagai jembatan menuju kehidupan setelah mati (akhirat), tempat mencari amal kebajikan, tempat menimba ilmu pengetahuan dan lain-lainya. Berangkat dari pemahaman di atas maka nyatalah kehidupan dunia yang fana ini hanyalah sebuah ujian bagaimana mengemban tugas-tugas kehidupan dan amanat kemanusiaan. Dengan demikian manusia akan merasa puas dan hidup tidak menjadi sia-sia tanpa melemahkan semangat berjuang dalam kehidupan.

Akhirnya, dapatlah digambarkan bahwa persepsi kehidupan dunia memiliki tujuan yang beragam, yaitu; kesenangan, kemegahan, kesehatan, kepintaran, kesuksesan, ketenteraman jiwa, ketenangan hidup dan kebahagiaan. Tidak cukup sampai disitu, manusia akan terus mempertanyakannya setelah mampu meraih segala apa yang diinginkannya atau sebaliknya, manusia akan terus mencari-cari jawaban dari sebuah pertanyaan yang membosankan.

Mengapa pertanyaan demi pertanyaan itu muncul seolah tidak merasa puas dengan kenyataan hidup, atau sebaliknya? Islam sebagai agama melalui kajian al qur’an dan hadits-hadits Rasulullah dapat menjawab pertanyaan demi pertanyaan tersebut dengan menanamkan kepercayaan terhadap Allah dan Rasulullah. Oleh karena itu jugalah penulis mencoba menghadirkan jawaban-jawaban yang bersumber dari nash-nash al Qur’an dan beberapa Hadits Nabi saw, sekaligus dapat memberikan keyakinan yang kuat dalam diri kita semua, insyaAllah.

Apa Jawaban Agama?
Jikalau manusia menjadikan kehidupan dunia sebagai bentuk yang mempesonakan terhadap kemewahan harta, kebanggaan memiliki anak-anak dan lainnya, atau sangat mencintai perabot kehidupan duniawi, sehingga lalai dan lupa akan sebuah hakikat, maka islam menjawabnya, bahwa semua bentuk kesenangan dunia tersebut bersifat temporer, sebuah sandiwara, permainan dan kesenangan sesaat. Maka, untuk apa terlalu mengejar kesenangan sesaat sementara kesenangan yang kekal dan hakikat adalah akhirat?.

Gambaran kehidupan dunia dengan perumpamaan seperti di atas bukanlah bermaksud untuk meremehkan kehidupan dunia, namun sebagai satu peringatan agar manusia tidak terlena dan lalai, atau tidak menjadikan hidup mereka sia-sia dan merugi. Kemudian islam menawarkan kehidupan akhirat yang kekal sebagai tempat bersenang-senang yang abadi, dan hal ini tentunya menjadi kabar gembira bagi mereka yang percaya kepada Allah dan kehidupan di akhirat.

Ada beberapa dalil al Qur’an dan Hadits Nabi saw di bawah ini yang bisa dijadikan pedoman bagi manusia dalam menyikapi kehidupan dunia, dan mungkin sebagai renungan kita bersama, diantaranya adalah:

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenar-benar kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Q.S. al ‘Ankabut: 64).

“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan”. (Q.S. at Thogobun: 20).

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di Akhirat (nanti) ada ‘azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhoan- Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (Q.S. al Hadid: 20).

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. (al Munafiqun: 9).

“...Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (Q.S. Ali Imran: 185).

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari permainan dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”. (al An’pappu: 32).

“Bermegah-megah telah melalaikan kamu”. “ Sampai kamu masuk ke dalam kubur”. “Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui”. “Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin”. (Q.S. at Takatsur: 1 – 4).

Telah menjadi ketentuan Allah jikalau manusia hidup sebagai makhluk sosial, bertetangga, bergaul dengan sesama walaupun terdapat perbedaan bahasa, suku dan warna kulit. Lantas agama menjawabnya agar manusia menjaga tali silaturrahmi dan saling mengenal antar satu dengan lainnya, saling menghormati dan menghargai hak-hak sesama. Islam mengakui kemajemukan manusia sebagai suatu komunitas plural, tetapi bukan untuk saling membedakan, namun untuk saling mengenal antar satu dengan lainnya. Islam melarang untuk berlaku sombong dan angkuh karen perbedaan posisi, keadaan, suku, ras, dan lainnya. Dan kesombongan itu tidak sepantasnya dilakukan manusia karena segala sesuatunya akan kembali kepada Allah Yang Maha Menciptakan.

Kesuksesan manusia dalam meningkatkan mutu dan kualitas ilmu pengetahuannya memang perlu untuk dibanggakan, namun kebanggan itu bukan untuk menjadikan dirinya sombong, angkuh dan tidak tunduk kepada Allah. Manusia lebih cenderung menyibukkan dirinya dengan kesuksesan duniawi, namun lalai akan mengerjakan amal shalih. Manusia mampu seharian duduk di kantornya, namun ketika suara azan memanggilnya untuk sholat dilalaikan. Apalah artinya segudang ilmu dan kekayaan, namun sholat saja masih dilalaikan. Apa gunanya semashur nama di mata masyarakat, namun masih menyimpan perasaan iri, dengki dan menceriterakan prihal orang lain dibelakang. Allah Maha Mendengar dari segala perkataan manusia.

Islam tidak membedakan status sosial antara si miskin dan kaya, seharusnya si kaya yang menyantuni, mengasihi dan menyayangi si miskin dan bukan untuk membeda-bedakan derajat. Allah yang menurunkan rezeki, meluaskan dan menyempitkannya. Apakah pantas bagi manusia untuk berlaku bakhil dan kikir? Nyatalah, yang menjadi pembeda adalah mereka yang paling bertaqwa, bukan mereka yang lebih putih, kaya, cantik, dan berkedudukan. Kesuksesan manusia merupakan kesempatan baik yang diberikan Allah, tetapi Allah juga Maha Mampu merubah kesempatan baik itu sebagai ujian bagi manusia.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal”. (Q.S. al Hujarat: 13).

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”. (Q.S. ar Rum: 22).

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki Nya dan Dia pula yang menyempitkan rezeki itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman”. “Maka berikanlah kepada kerabat terdekat akan haknya, demikian pula kepada orang fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. ar Rum: 37 dan 38).

Rasulullah saw bersabda: “Bukanlah dikatakan seorang mu’min yang dirinya merasa kenyang sedangkan tetangga sebelahnya kelaparan”. ( H.R. Bukhari dan Muslim r.a ).

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung”. (Q.S. al Isra’: 37).

Jelaslah dari dalil-dalil di atas menunjukkan kehidupan dunia adalah sebuah ketentuan Allah (sunnatullah) yang tidak mungkin ada seorangpun yang mampu merubahnya. Seperti halnya perputaran langit dan bumi, tanam-tanaman yang tumbuh subur, gunung-gunung yang Allah tinggikan dan tangguhkan, lautan dan daratan yang terbentang luas.

Kemudian dalam kehidupan dunia dijadikan tempat untuk bercocok tanam, berternak dan lainnya. Dunia merupakan tempat manusia berkembang biak dan meneruskan sejarah. Semua penciptaan ini merupakan sunnatulah yang harus disyukuri oleh manusia sebagai makhluk yang lemah di hadapan Allah swt. Inilah dari tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah swt Yang Maha Kuasa bagi orang-orang yang mau merenungi.

Manusia tidak melihat kekuasaan Allah Yang Maha Mampu dalam mengatur peredaran benda-benda langit. Manusia ingkar dan meremehkan kekuasaan Allah. Padahal manusia sangat lemah dihadapan Allah. Manusia lupa dan amat jarang merenungi beberapa kekuasaan Allah. Padahal, kepada Allah dan Rasulullah sebaik-baik pengaduan dari segala urusan. Dunia memang salah satu dari tanda-tanda kebesaran Allah swt yang nyata, agar manusia benar-benar beriman dan tunduk kepada Nya.


“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan ) bumi supaya bumi itu tidak menggoyahkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik”. (Q.S. Luqman:10).

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Nya ialan bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia Nya; mudah-mudahan kamu mensyukuri.” (Q.S. ar Rum: 46).

“Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa.” (Q.S. ar Rum: 48).

“Allah, Dia lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikanmu sesudah lemah itu kuat, kemudian Dia menjadikanmu sesudah kuat itu lemah kembali dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Q.S. ar Rum: 54).

“Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu.” (Q.S. Fathir: 9).

“Dan tiada sama antara dua laut yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamulihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karuniya Nyadan supaya kamu bersyukur”. (Q.S. Fathir: 12).

“Dia memasukkan (merubah) malam menjadi siang dan menjadikan siang menjadi (berubah) malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan Nya lahkerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari”. (Q.S. Fathir: 13).

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Onta itu bagaimana diciptakan?”. “Dan langit, bagaimana ditinggikan?”. “Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan?”. “Dan bumi bagaimana dihamparkan?”. (Q.S. al Ghasyiyah: 17 – 20).

Bagi orang-orang yang beriman, Allah menjadikan kehidupan dunia sebagai jembatan untuk kehidupan yang kekal (akhirat). Allah membimbing mereka meraih dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta mengajarkan mereka untuk mencari nafkah di dunia tanpa melalaikan waktunya untuk mengingat Allah. Dan juga memberikan kabar gembira sekaligus menuntun mereka dengan ajaran islam bahwa kehidupan dunia sebagai kehidupan untuk bertaubat dan mencari bekal di akhirat. Karena itu Allah menganjurkan manusia supaya teliliti dengan kehidupan dunia ini agar hidup tidak sia-sia. Membimbing manusia sebagai makhluk yang pandai bersyukur. Semua ini tidak lain hanyalah ujian bagi orang-orang yang beriman kepada Nya dan mengikuti ajaran islam.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagian dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S. al Qashash: 77).

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan”. (Q.S. ar Rum: 23)

“Sesungguhnya Allah lebih suka menerima taubat hamba Nya melebihi dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali ontanya yang hilang di tengah hutan”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. at Thagobun: 11)

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan Nya dan diberikan Nya kesenangan, maka dia berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. “Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata “Tuhanku menghinakanku”. (Q.S. at Thogobun: 15 dan 16).

Kesimpulan.
Berangkat dari beberapa dalil di atas, jelaslah bahwa segala realita dan fenomena yang ada di dunia ini sudah menjadi ketentuan Allah. Lantas apakah kita mampu untuk lebih bercermin, agar sisa umur dalam hidup ini dapat membimbing kita ke arah yang lebih dirihdoi Allah demi mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Telah nyata bagi kita juga segala sunnatullah tentang kehidupan dunia sebagai bentuk kebesaran Nya dan manusia mudah terlena dan tergoda oleh bujuk rayu syaitan. Hanya orang-orang yang beriman dan membuat perhitunganlah yang naik sebagai pemenang. Penulis berharap dari beberapa dalil di atas akan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai kehidupan dunia dalam perspektif Islam, amin. Rabbana aatina fid dunya hasanah wa fil aakhirati hasanah wa qinaa ‘azaabannaar. Wallahu a’lam bisshowab. Wassalam.

Read more...!

Sunday, February 05, 2006

Harapan Cinta Sejati

Harapan Cinta Sejati Posted by Picasa

Istri Cerdik yang solehah
Penyejuk mata
Penawar hati
Penajam fikiran

Di rumah dia istri
Di jalanan kawan
Di waktu kita buntu
Dia penunjuk jalan

Nasihat kita dijadikan pakaian
Silaf kita dia betulkan
Penghibur di waktu kesunyian
Terasa damai bila bersamanya

Dia umpama
Tongkat si buta
Bila tiada satu kehilangan

Dia ibarat
Simpanan ilmu
Semoga kekal untuk diwariskan

Pandangan kita diperteguhkan
Menjadikan kita tetap pendirian
Ilmu yang diberi dapat disimpan
Kita lupa dia mengingatkan

Read more...!

Tuesday, December 13, 2005

Estapet Pahala

Estapet Pahala

Rasulullah saw bersabda: "Apabila anak cucu adam itu wafat, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakan orangtuanya." (HR.Muslim, dari Abu Hurairah ra)

Hadist di atas memiliki pesan makna yang baik dalam memotivasi seorang muslim untuk meningkatkan kualitas ibadahnya mencari ridho Allah swt. Sebagai makhluk yang pasti akan mati, tanpa kecuali ia seorang presiden, pengusaha, student dan rakyat biasa, tetaplah akan menerima kenyataan hidup yang akan berakhir dengan kematian. Hal ini sesuai dengan firman Allah, al Qur'an surah Ali Imran ayat 185: "Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati".
Masalahnya, setelah kehidupan dunia berakhir, mampukah amal ibadah selama di dunia menjadi penolong dari siksa kubur sampai datangnya hari qiamat?. Kemanakah manusia tadi akan dimasukkan, ke syurga atau ke neraka? "Tepuk dada Tanyalah iman", inilah yang perlu direnungkan dari setiap langkah dan detik kehidupan manusia, dimana saja ia berada dan dalam kondisi apapun.

Sabda Rasulullah di atas merupakan bagian dari sekian banyak solusi untuk menolong seorang manusia dari siksa kubur dan api neraka. Berangkat dari interpretasi hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim ra di atas, ada tiga prestasi bagi seorang muslim yang telah wafat namun pahalanya tetap mengalir.

Pertama. Sedekah Jariyah, bisa diartikan dengan wakaf atau pemberian dengan bentuk materi. Muslim yang dermawan, mengeluarkan sebagian hartanya untuk kemaslahatan dan kebaikan maka sedekahnya itu akan memberikan faedah buat dirinya pribadi dan orang lain. Dengan bersedekah dan mewakafkan sebagian hartanya, ia telah menabung pahala untuk kehidupan setelah mati dan estapet pahala akan terus berlangsung sebab kebaikannya masih difungsikan oleh manusia di dunia. Dan bukan itu saja, kemudian Allah swt melipatgandakan satu kebaikan itu dengan sepuluh kebaikan.

Misalnya, bantuan biaya pendidikan. Seorang pelajar yang mendapatkan sedekah jariyah berbentuk uang, buku dan material lainnya sungguh membantu kelanjutan studi mereka. Bentuk sosial ini menurut penulis akan berdampak positif dan multi fungsi. Pertama, si pelajar mendapatkan konsentrasi dalam belajar karena tidak "terbebani" fikiran untuk menutupi segala kebutuhannya, dan kelak ia akan terus mengenang dan mentauladani karakter penderma tersebut. Tentunya ini sebuah kesinambungan yang baik. Kedua, penderma akan mendapat estapet pahala dari Allah swt dan Allah akan melepaskan satu kesulitan seorang muslim di akhirat nanti karena muslim tersebut pernah melepaskan kesulitan seorang hamba Allah ketika di dunia. Estapet pahala dari misal di atas dipahami dengan pemanfaan biaya pendidikan oleh si pelajar, maka harta yang telah disedekahkan menjadi amalan- pahala yang kemudian mengalir walaupun si penderma telah wafat.

Atau, bentuk pemberdayaan sumber daya manusia. Misalnya, seorang muslim telah ikut serta dalam pembangunan sebuah panti asuhan, mesjid, sekolah, dan lainnya. Kemudian panti asuhan difungsikan manusia sebagai tempat untuk menampung anak-anak terlantar dan lainnya, maka pahala kebaikan itu akan terus mengalir sekalipun si penderma berada di alam kubur. Berapa banyaknya manusia yang dapat berlindung dan mendapatkan kasih saying di tempat itu silih berganti, begitu jugalah pahala itu terus mengalir. Allahu Akbar, sungguh sebuah estapet pahala yang tidak akan terputus kecuali setelah sejarah manusia ini selesai-qiamat.

Beberapa hikmah bagi orang-orang yang telah menafkahkan sebagian hartanya untuk kebaikan, yang penulis kutip dari sebagian firman Allah swt dan sabda Nabi Muhammad saw.

"Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah itu seperti sebuah biji yang menumbuhkan tujuh ranting dan setiap ranting itu memiliki seratus biji. Dan Allah melipatgandakan pahala itu bagi siapapun yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas KaruniaNya lagi Maha Mengetahui." (al Qur'an surah al Baqarah, ayat 261).

Dari sebuah hadist Nabi saw yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Ahmad ra dikisahkan: Ketika Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Kemudian Allah pun menciptkan gunung, dengan kekuatan yang telah diberikan kepada gunung ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran akan penciptaan gunung tersebut, dan bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada gunung?" Allah menjawab, "Ada, yaitu besi'. Para malaikat bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada besi?" Allah swt menjawab, "Ada, yaitu api". Kemudian para malaikat bertanya kembali, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada api?" Allah pun menjawab, "Ada, yaitu air". "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" tanya para malaikat kembali. Allah pun menjawab, "Ada, yaitu angin". Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?" Allah Yang Maha Agung menjawab, "Ada, yaitu amal anak cucu Adam yang bersedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya."

Begitulah kisah di atas menceritakan kepada manusia betapa orang-orang yang bersedekah merupakan orang-orang yang memiliki keutamaan. Sehingga Allah memberikan perbandingan dari sebuah bumi, gunung, besi, api, air dan angin dengan seorang hamba yang hanya bersedekah. Demikianlah kehebatan gunung, air, api, angin dan bumi namun semuanya tiada sebanding dengan sedekahnya seorang muslim yang ikhlas dan tidak riya.
Ketika para sahabat hendak pergi ke medan perang (perang Tabuk), Rasulullah menyerukan mereka untuk mengeluarkan sebagian harta dalam membantu peperangan itu, seruan itu dilaksanakan oleh Abdurrahman bin Auf ra dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, "Ya Rasulullah, hartaku hanya delapan ribu dirham, empat ribu aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu lagi aku serahkan di jalan Allah." Rasul menjawab, "Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," Kemudian datang Usman bin Affan ra dan berkata, "Ya, Rasulullah saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang kekurangan peralatan," Adapun Ali bin Abi Thalib ra ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ali pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham waktu siang, dan satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.
Kedua. Ilmu yang bermanfaat. Dalam perspektif islam hal ini tidak membatasi kepada ilmu agama saja, melainkan segala disiplin ilmu pengetahuan yang tidak mengajarkan manusia kepada kemaksiatan. Seorang guru yang mengajarkan satu disiplin ilmu kepada muridnya, maka, selama si murid terus berbuat baik dan mengamalkan ilmu yang diperoleh dari gurunya, selama itu pula mengalirnya pahala untuk gurunya walaupun si guru telah wafat mendahuluinya. Apalagi jika pengajaran itu turun menurun sampai hari qiamat, selama itu juga pahalanya akan mengalir.

Begitu mulianya seorang muslim yang berpengetahuan, sehingga Allah pun mengangkat derajat mereka. Allah berfirman dalam surah Almujadalah ayat 11, "Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang berilmu pengetahuan". Penulis pada term kedua ini lebih terinspirasi dalam menelaah hadist Nabi tentang ilmu yang bermanfaat tersebut. Dan menjadi estapet pahala sebab banyak hadist-hadist Rasulullah saw yang menerangkan keutamaan ilmu.

Misalnya, dalam sebuah riwayat dikisahkan, kaum Anshar bertanya kepada Rasulullah saw. "Wahai Rasulullah, jika ada orang yang wafat bertepatan dengan acara majlis ulama, manakah yang lebih berhak diperhatikan?". Maka Rasulullah menjawab, "Jika telah ada orang yang menghantar dan menguburkan jenazah itu, maka menghadiri majlis ulama lebih utama daripada melayat seribu jenazah. Bahkan lebih utama daripada menjenguk seribu orang sakit, atau shalat seribu hari seribu malam, atau sedekah seribu dirham pada fakir miskin, ataupun seribu kali berhaji; bahkan lebih utama daripada seribu kali berperang di jalan Allah dengan jiwa dan ragamu. Tahukah engkau bahwa Allah dipatuhi dengan ilmu, dan disembah dengan ilmu pula? Tahukah engkau bahwa kebaikan dunia dan akhirat adalah dengan ilmu, sedangkan keburukan dunia dan akhirat adalah dengan kebodohan?" (Imam Al Ghozaly dalam kitabnya Ihya u 'ulumuddin)

Khalifah Ali bin Abi Thalib ra- sahabat Rasul yang dijuluki gerbangnya ilmu dan sangat terkenal kebijakannya berkata: "Barangsiapa sedang mencari ilmu, maka sebenarnya ia sedang mencari syurga, dan barangsiapa mencari kemaksiatan, maka sebenarnya ia sedang mencari neraka." Jadi tidak diragukan lagi, barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan baginya jalan untuk menuju syurga.
Selanjutnya Khalifah Ali ra berkata. "Tiada kekayaan lebih utama daripada akal. Tiada kepapaan- kemiskinan- lebih menyedihkan daripada kebodohan dan tiada warisan lebih baik daripada pendidikan". Maka layaklah predikat ilmu yang bermanfaat mendapat posisi sebagai estapet pahala dan estapet ilmu. Dan prestasi bagi yang mengamalkannya.

Beberapa jawaban dari khalifah Ali ra ketika ditanya tentang keutamaan ilmu dengan harta: "Ilmu lebih utama daripada harta, sebab Ilmu adalah pusaka para Nabi, sedangkan harta adalah pusaka Karun, Fir'aun, dan lain-lain." "Ilmu lebih utama daripada harta, karena ilmu itu menjagamu sedangkan harta malah engkau yang harus menjaganya."
"Harta itu bila engkau tasarrufkan (berikan) menjadi berkurang, sebaliknya ilmu jika engkau tasarrufkan akan bertambah."
"Ilmu lebih utama daripada harta, karena di akhirat nanti pemilik harta akan dihisab, sedangkan orang berilmu akan memperoleh syafa'at."
"Ilmu lebih utama daripada harta, karena pemilik harta bisa mengaku menjadi Tuhan akibat harta yang dimilikinya, sedang orang yang berilmu justru mengaku sebagai hamba karena ilmunya."
"Harta akan hancur berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tidak akan rusak dan musnah walau ditimbun zaman."
"Harta membuat hati seseorang menjadi keras, sedang ilmu malah membuat hati menjadi bercahaya."
"Prof. Dr. Hamka berkata. Ilmu itu tiang untuk kesempurnaan akal, bertambah luas akal, bertambah luaslah hidup, bertambah datanglah bahagia. Bertambah sempit akal, bertambah sempit pula hidup, bertambah datanglah celaka.
" Ketiga. Anak sholih yang mendo'akan orangtuanya. Pada dasarnya anak merupakan bagian dari matahati orangtua. Adalah lebih dominan estapet pahala itu berlangsung dari hubungan anak dan orangtua, sebab anak merupakan darah daging orangtua. Merupakan penyenang dan penyejuk hati. Allah berfirman,"Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikan kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa". (Qur'an surah al Furqon, ayat 74)

Tiada pengharapan yang paling tinggi dari orangtua terhadap anaknya kecuali si anak taat kepada Allah dan Rasulullah. Wasiat Nabi Luqman as dapat dijadikan referensi dalam hal ini. Luqman berkata: "Hai anak-anakku, janganlah engkau mensekutukan Allah, sesungguhnya syirik-sekutu- itu merupakan kezaliman yang besar". Kemudian Nabi Ya'kub as juga berwasiat. "Apa yang akan kalian sembah setelah aku tiada?".
Namun timbul pertanyaan, adakah anak-anak tersebut mendo'akan orangtuanya? Dan tahukah mereka cara mendo'akannya? Apa langkah yang tepat untuk mendidik anak menjadi si buah hati yang bertaqwa dan berpendidikan?

Pertanyaan di atas memiliki dua jawaban. Tentulah pendidikan agama islam sejak kecilnya merupakan perioritas yang utama, dan pendidikan umum menjadi perioritas kedua setelah agama. Adapun lingkungan keluarga yang islami menjadi cerminan anak yang utama pula. Lingkungan ini merupakan lembaga pendidikan terpenting dalam membentuk kepribadiannya. Sedangkan lingkungan bermasyarakat dan sekolah menjadi lingkungan kedua.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah ta'ala akan mempertanyakan pada setiap pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah ia menjaganya ataukah menyia-nyiakannya? Hingga seseorang akan bertanya kepada keluarganya". (HR Ibnu Hibban, Ibnu Ady dalam al Kamil, dan Abu Nu'aim dalam al Hilayah dan dishohihkan oleh al Hafizh dalam al Fath 13/133).
Rasulullah bersabda, "Bertaqwalah kalian kepada Allah dan berbuatlah adil terhadap anak-anak kalian". (HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim ra)

Firman Allah swt dalam surah at Attahrim ayat ke enam berpesan: "Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".

Prestasi ketiga ini merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua dalam mendidik anak-anak. Sebab anak merupakan harapan di masa yang akan datang dan amanah dari Allah swt. Penulis berharap, kewajiban dalam mendidik anak harus menjadi perhatian utama. Sebab "menelantarkan" mereka berarti menelantarkan amanat dan kepercayaan Allah swt. Kehancuran anak-anak berarti kehancuran umat, bangsa, keluarga, dan orangtua. Sedangkan mendidik mereka adalah cahaya masa depannya, keluarga, bangsa, umat dan orangtuanya yang cerah serta mengangkat derajat dirinya dan kedua orangtuanya di syurga.

Rasulullah saw bersabda, " Akan diangkat derajat seorang hamba yang sholih di Syurga. Lalu ia akan bertanya-tanya: Wahai Allah, apa yang membuatku begini?" kemudian dikatakan kepadanya, Permohonan ampun anakmu untukmu". (HR Ahmad, dari Abu Hurairah ra).
Dengan terpenuhinya kedua disiplin ilmu di atas tadi, penulis yakin bahwa estapet pahala patut diberikan kepada orangtua sebagai pendidik anak-anaknya dengan nilai-nilai agama dan kewaspadaan hidup di dunia. Sehingga perioritas muslim berprestasi layak juga diberikan kepada orangtua.

Allah berfirman. "Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka, tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya". ( Qur'an surah ath Thur, ayat 21) Semoga Allah swt selalu melimpahkan segala rahmat dan karuniaNya kepada kita. Insyaallah, amin. Wassalam.
-------------------">

Sumber http://www.waspada.co.id/serba_serbi/al_bayan/artikel.php?article_id=49651




Read more...!

Suara Hati Adalah Kata Yang Tertunda

Tuesday, November 08, 2005

Tinggalah Aku Sendiri

Tinggallah Aku Sendiri

Di waktu kita bercinta
Mawar itu harum dan menggoda
Bagaikan dunia milik berdua
Hidup terasa indah dan bahagia


Takdirpun datang lantas menyapa
Menguji setiap insan bernyawa
Sepinya taman ini tanpa suara
Tiada ruang untuk bercanda

Ingin ku lenyapkan sisa umur
Namun di kejernihan air
Wajahmu masih terukir
Ingatkan kembali kisah kasih penyair

Oh tinggallah ku sendiri

Semula tiada percaya
Berubah sekejap mata
Benarku, bagimu salah
Mungkin alasan semata

Takkan cinta di bagi dua
Hadirnya sekilas rasa
Lenyap tanpa sisa
Tinggalah diriku dalam duka

Mengapa kau rubah bayu
Mengapa kau tak seperti dulu
Kau lupa akan prinsip waktu
Bahwa semua akan berlalu

Bisikan bayu membawa dentingan
Dongengan yang sama di ucap berulang
Mengapa diri dijadikan sasaran
Sekilas pandangan pelbagai andaian
Sungguh janjian palsu tak terlawan
Tinggallah ku sendirian

Mukhlis Zamzami Can
New Delhi 04-12-2004



Read more...!

KasihKu....

Kasihku...
Kau hadir mengisi kekosongan hati
Menyinari sebuah jiwa yang sepi
Kau pergi tanpa ku sadari
Terperangkap dalam cinta yang tak pasti


Aku pun keliru terdiam membisu
Terasa bagai kehilanganmu
Kau lafazkan cintamu tetapi aku ragu
Mengapa kini aku pula yang merindu

Walau ku coba untuk melupakan
Namun rinduku tiada tertahan
Terasa gelisah saat ku sendirian
Seolah hidup dalam impian

Kasihku...
Inikah debaran cinta itu
Sembari menendangkan irama lagu
Nyanyikan aku nada cinta yang satu
Bisikkan aku bait-bait pujangga dahulu
Agar ku mampu meraih ke puncak rindu

Kini bermula getar asmara
Sejak bersua dan bersama
Naluriku menyapa dan berkata
Dikau ku cinta wahai adinda
Tetaplah engkau dalam cinta dan setia

Di sini ku berjanji
Setia ke akhir nanti
Berhias ceria atau berbias duka
Engkaulah tetap yang ku cinta

Kasihku...
Di taman bahagia ini aku mengukir
Bagaikan aku seorang penyair
Walau ombak menyapu pasir
Walau mengukir di atas air

Berdoalah kasih dengan seksama
Semoga kita selalu bersama
Menuju rumah tangga yang bahagia
Kelak sampai ke akhirnya…..Amin

Mukhlis Zamzami Can
New Delhi 04-12-2004

Read more...!

Sunday, November 06, 2005

Goresan Tintaku di Pojok Kamar PPI India, 12 April 2005

Menanam Tebu Di Pinggir Bibir
Berbuah Manis Mengungkap Tabir

Keindahan sastra menunjukkan budi
Keindahan sastra menyentuh nurani
Keindahan sastra membentuk pribadi
Keindahan sastra melenturkan hati
Keindahan sastra menobatkan iri dengki
Keindahan sastra mengalahkan ironi
Keindahan sastra memupus benci
Keindahan sastra mengikat janji
Keindahan sastra menjadi puisi


Namun, ketika lidah bicara lantang
Santun bahasa mulai ditantang
Berharap menjadi cemerlang
Namun berbuah bayang-bayang
Kejelekan pun terungkap dibelakang
Tak lebih sebuah perang
Bernilaikan kalah dan menang
Itukah yang namanya sayang?
Budi menjadi anarkhi
Dendam dan dengki terus menjadi
Pribadi tiada kan sejati lagi
Hati nan suci pun ternodai
Benci kian melampau
Lantas orang-orang kan menilai
Disana ada banyak ngerumpi
Ada puji dan banyak caci
Kemuliaan di bawah kaki
Permusuhan takkan berhenti
Apakah ini yang terpuji?
Manis bibir menjelma senyuman
Pahit empedu bukan kenikmatan
Jangan diuji sebuah keterbatasan
Jangan dirasa setitik kesuksesan
Usah menilai buih di atas lautan
Baik menampung hujan di atas tempayan
Sebab air terus tersimpan
Halus sutera indah diukir
Disulam pula seorang penyair
Menanam tebu di pinggir bibir
Berbuah manis mengungkap tabir


Read more...!

Profil Pemimpim Islam

Profil Pemimpin Islam

eramuslim - Setiap insan dalam kehidupan ini mempunyai fungsi sebagai pemimpin. Minimal kepemimpinan di rumah tangga atau diri pribadi. Seorang suami adalah pemimpin bagi istri sekaligus anak-anaknya, seorang Presiden adalah pemimpin bagi rakyatnya dan begitu seterusnya, dalam setiap individu manusia yang akhirnya menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.


Dewasa ini kepemimpinan cenderung dimanfaatkan untuk pemuasan hak pribadi yang ironisnya "Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan"- Mengutamakan kepentingan pribadi diatas kepentingan orang banyak, melupakan "amanat kepemimpinan" yang diamanahkan atas dirinya- melanggar hak-hak konstitusi yang sudah disepakati bersama, juga kolusi untuk kepentingan kekuatan kepemimpinannya.
Ibnu Taimiyyah mengatakan dalam kitab Al siyaasah al syar'iyyah: Bahwa karena kepemimpinan merupakan suatu amanat maka untuk meraihnya harus dengan cara yang benar, jujur dan baik. Dan tugas yang diamanatkan itu juga harus dilaksanakan dengan baik dan bijaksana. Karena itu pula dalam menunjuk seorang pemimpin bukanlah berdasarkan golongan dan kekerabatan semata, tapi lebih mengutamakan keahlian, profesionalisme dan keaktifan. Peka dalam menerima solusi-solusi yang membangun atau menerima kritik-kritik yang menuju kepada perbaikan.


Substansi kepemimpinan dalam perspektif Islam merupakan sebuah amanat yang harus diberikan kepada orang yang benar-benar "ahli", berkualitas dan memiliki tanggungjawab yang jelas dan benar serta adil, jujur dan bermoral baik. Inilah beberapa kriteria yang Islam tawarkan dalam memilih seorang pemimpin yang sejatinya dapat membawa ummat kepada kehidupan yang lebih baik, harmonis, dinamis, makmur, sejahtera dan tentram.
Disamping itu, pemimpin juga harus orang yang bertaqwa kepada Allah. Karena ketaqwaan ini sebagai acuan dalam melihat sosok pemimpin yang benar-benar akan menjalankan amanah. Bagaimana mungkin pemimpin yang tidak bertaqwa dapat melaksanakan kepemimpinannya? Karena dalam terminologinya, taqwa diartikan sebagai melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Taqwa berarti ta'at dan patuh -takut melanggar/mengingkari dari segala bentuk perintah Allah-.


Memilih pemimpin bukan didasari oleh sikap pilih kasih, nepotisme atau kecendrungan primordial yang sempit. Atau memilih seorang pemimpin yang gila jabatan, ambisius dalam meraih kursi jabatan atau vested interested. Tapi hendaknya kepemimpinan diberikan kepada orang yang "ikhlas" dan dipercaya dalam mengemban amanah. Senantiasa memperioritaskan kemaslahatan ummat daripada kepentingan pribadi, kelompok atau keluarga.
Khalifah Abu bakar Assiddiq ra pernah berpidato saat dilantik menjadi pemimpin ummat sepeninggalan Rasulullah Saw yang mana inti dari isi pidato tersebut dapat dijadikan pandangan dalam memilih profil seorang pemimpin yang baik. Isi pidato tersebut diterjemahkan sebagai berikut:


"Saudara-saudara, Aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik diantara kalian semuanya, untuk itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan. 'Orang lemah' diantara kalian aku pandang kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. 'Orang kuat' diantara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya. Janganlah diantara kalian meninggalkan jihad, sebab kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah Swt. Patuhlah kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan Sholat semoga Allah Swt melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua".

Ada 7 poin yang dapat diambil dari inti pidato khalifah Abu Bakar ra ini, diantaranya:
1. Sifat Rendah Hati. Pada hakikatnya kedudukan pemimpin itu tidak berbeda dengan kedudukan rakyatnya. Ia bukan orang yang harus terus diistimewakan. Ia hanya sekedar orang yang harus didahulukan selangkah dari yang lainnya karena ia mendapatkan kepercayaan dalam memimpin dan mengemban amanat. Ia seolah pelayan rakyat yang diatas pundaknya terletak tanggungjawab besar yang mesti dipertanggungjawabkan. Dan seperti seorang "partner" dalam batas-batas yang tertentu bukan seperti "tuan dengan hambanya". Kerendahan hati biasanya mencerminkan persahabatan dan kekeluargaan, sebaliknya keegoan mencerminkan sifat takabur dan ingin menang sendiri.


2. Sifat Terbuka Untuk Dikritik. Seorang pemimpin haruslah menanggapi aspirasi-aspirasi rakyat dan terbuka untuk menerima kritik-kritik sehat yang membangun dan konstruktif. Tidak seyogiayanya menganggap kritikan itu sebagai hujatan atau orang yang mengkritik sebagai lawan yang akan menjatuhkannya lantas dengan kekuasaannya mendzalimi orang tersebut. Tetapi harus diperlakukan sebagai "mitra"dengan kebersamaan dalam rangka meluruskan dari kemungkinan buruk yang selama ini terjadi untuk membangun kepada perbaikan dan kemajuan. Dan ini merupakan suatu partisipasi sejati sebab sehebat manapun seorang pemimpin itu pastilah memerlukan partisipasi dari orang banyak dan mitranya. Disinilah perlunya social-support dan social-control. Prinsip-prinsip dukungan dan kontrol masyarakat ini bersumber dari norma-norma islam yang diterima secara utuh dari ajaran Nabi Muhammad Saw.

3. Sifat Jujur dan Memegang Amanah. Kejujuran yang dimiliki seorang pemimpin merupakan simpati rakyat terhadapnya yang dapat membuahkan kepercayaan dari seluruh amanat yang telah diamanahkan. Pemimpin yang konsisten dengan amanat rakyat menjadi kunci dari sebuah kemajuan dan perbaikan. Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah didatangi putranya saat dia berada dikantornya kemudian bercerita tentang keluarga dan masalah yang terjadi dirumah. Seketika itu Umar bin Abdul Aziz mematikan lampu ruangan dan si anak bertanya dari sebab apa sang ayah mematikan lampu sehingga hanya berbicara dalam ruangan yang gelap. Dengan sederhana sang ayah menjawab bahwa lampu yang kita gunakan ini adalah amanah dari rakyat yang hanya dipergunakan untuk kepentingan pemerintahan bukan urusan keluarga.

4. Sifat Berlaku Adil. Keadailan adalah konteks nyata yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dengan tujuan demi kemakmuran rakyatnya. Keadilan bagi manusia tidak ada yang relatif. Islam meletakkan soal penegakan keadilan itu sebagai sikap yang essensial. Seorang pemimpin harus mampu menimbang dan memperlakukan sesuatu dengan seadil-adilnya bukan sebaliknya berpihak pada seorang saja-berat sebelah. Dan orang yang "lemah" harus dibela hak-haknya dan dilindungi, sementara orang yang "kuat" dan bertindak zhalim harus dicegah dari bertindak sewenang-wenangnya.

5. Komitmen dalam Perjuangan. Sifat pantang menyerah dan konsisten pada konstitusi bersama bagi seorang pemimpin adalah penting. Teguh dan terus Istiqamah dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Pantang tergoda oleh rayuan dan semangat menjadi orang yang pertama di depan musuh-musuh yang hendak menghancurkan konstitusi yang telah di sepakati bersama. Bukan sebagai penonton di kala perang..

6. Bersikap Demokratis. Demokrasi merupakan "alat" untuk membentuk masyarakat yang madani, dengan prinsip-prinsip segala sesuatunya dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat. Dalam termin ini pemimpin tidak sembarang memutuskan sebelum adanya musyawarah yang mufakat. Sebab dengan keterlibatan rakyat terhadap pemimpinnya dari sebuah kesepakatan bersama akan memberikan kepuasan, sehingga apapun yang akan terjadi baik buruknya bisa ditanggung bersama-sama. Ibaratnya seorang imam dalam sholat yang telah batal maka tidak diwajibkan baginya untuk meneruskan sholat tersebut, tetapi ia harus bergeser kesamping sehingga salah seorang makmum yang berada dibelakang imam yang harus menggantikannya.

7. Berbakti dan Mengabdi kepada Allah Dalam hidup ini segala sesuatunya takkan terlepas dari pantauan Allah, manusia bisa berusaha semampunya dan sehebat-hebatnya namun yang menentukannya adalah Allah. Hubungan seorang pemimpin dengan Tuhannya tak kalah pentingnya; yaitu dengan berbakti dan mengabdi kepada Allah. Semua ini dalam rangka memohon pertolongan dan ridho Allah semata. Dengan senantiasa berbakti kepada-Nya terutama dalam menegakkan Sholat lima waktu contohnya, seorang pemimpin akan mendapat hidayah untuk menghindari perbuatan-perbuatan yang keji dan tercela. Selanjutnya ia akan mampu mengawasi dirinya dari perbuatan-perbuatan hina tersebut, karena dengan Sholat yang baik dan benar menurut tuntunan ajaran Islam dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar (lihat Q.S.Al Ankabuut : 45 ). Sifat yang harus terus ia aktualisasikan adalah ridho menerima apa yang dicapainya. Syukur bila meraih suatu keberhasilan dan memacunya kembali untuk lebih maju lagi, sabar serta tawakkal dalam menghadapi setiap tantangan dan rintangan, sabar dan tawakkal saat menghadapi kegagalan.

Dari rangkaian syarat-syarat pemimpin diatas sedikit dapat kita jadikan pandangan dalam memilih sosok pemimpin, dan masih banyak lagi ketentuan-ketentuan pemimpin yang baik dalam perspektif Islam yang bisa kita gali baik yang tersurat maupun tersirat di dalam Al Qur'an dan Hadist-hadist Nabi Saw.

Pemimpin ibarat seorang "supir" bus yang membawa penumpang-penumpangnya pada suatu tujuan dengan selamat dan memuaskan. Sebagai seorang supir pastilah harus menguasai dan ahli dalam menyupir serta segala "tetek-bengek" nya, baik itu teknisi atau perbengkelannya dan mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh polisi pada rambu-rambu lalu-lintas. Kondektur bus tersebut adalah tim ahli yang juga dibutuhkan partisipasinya, yang membantu supir dalam mengontrol keadaan bus dan mendata jumlah penumpang serta menjaga barang-barang bawaan penumpang. Dalam hal ini kondektur diumpamakan dewan-dewan legislatif yang wajib berpartisipasi selalu membantu program-program kerja pemimpin dalam membawa bangsa dan rakyatnya. Kaca spion, lampu, rem dan lainnya merupakan peralatan yang harus ada dan lengkap untuk menempuh perjalanan. Peralatan-peralatan seperti kaca spion, setir, klakson dan lainnya itu seperti perundang-undangan yang disepakati bersama dan layak untuk dipakai.

Mana mungkin penumpang akan naik sebuah bus yang tak ada kaca spion, rem, lampu dan peralatan-peralatan lainnya? Peralatan-peralatan itu juga bisa di- "utak-atik" dengan selera masing-masing menurut mode dan selera yang sama-sama disepakati. Kalau bus dengan peralatan-peralatan yang telah disepakati bersama dapat menghantarkan penumpang ke tujuannya, mengapa tidak perundang-undangan yang disetujui bersama dapat menjadikan rakyat kepada tatanan kehidupan yang makmur dan sejahtera? Supir yang sudah ahli dengan peralatan-peralatan yang lengkap, belum menjadi jaminan untuk sampai ketujuan kecuali dengan do'a mengharap lindungan Allah. Tak lebihnya juga, seorang pemimpin dengan dewan-dewan legislatifnya serta rakyat belum menjamin kemakmuran dan kesejahteraan kecuali dengan ridho dan hidayah Allah. Disinilah pentingnya ketaqwaan itu, dengan kepatuhan dan ketaatannya kepada yang Maha Kuasa. Pemimpin hanya bisa mengusahakan selamat sampai tujuan, namun yang menentukannya tetaplah Allah.

Selanjutnya, bentuk jalan yang berliku-liku, berlubang, tikungan atau mulus lurus dan tak putus-putus merupakan kodrat yang ada pada alam ini. Itulah ibaratnya sunnatullah yang telah Allah tentukan kepada makhluknya. Ada kanan pastilah ada kiri. Lurusnya jalan pastilah ada tikungan. Mulusnya jalan pastilah ada lubang-lubangnya. Inilah ketentuan-ketentuan Allah yang tidak mungkin kita lari dari-Nya. Supir pun harus bisa bersikap equal menyikapi tuntutan para penumpang yang dianggap sehat dan baik. Tuntutan penumpang pastilah tidak jauh dari tuntutan keselamatan bersama. Begitu juga, seorang pemimpin haruslah seimbang dengan tuntutan-tuntutan rakyat yang tidak menyalahi konstitusi demi kemakmuran dan kesejahteraan bersama. Tuntutan rakyat biasanya lahir karena melihat adanya kepincangan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh pemimpin tersebut.

Begitulah sepatutnya yang diharapkan dari kehidupan ini pada diri seorang pemimpin dalam membawa ummat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan bagi hidup dirinya dan rakyat yang dipimpinnya. Begitu pula, hendaknya dengan mengacu kepada ketentuan-ketentuan kepemimpinan menurut tuntunan ajaran Islam seperti yang diuraikan di atas.

Menjelang Pemilu 2004 nanti diharapkan pada pemimpin untuk komitmen pada konstitusi yang ada. Dan diharapkan juga ketelitian rakyat dalam memilih pemimpinnya sesuai tuntunan ajaran islam. Wallahu 'a'lam.
"Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan Kami telah mewahyukan kepada mereka untuk mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan selalu menyembah (mengabdi) kepada Kami." (QS. Al-anbiya':73)


Sumber:http://www.eramuslim.com/ar/oa/37/7046,1,v.html

Mukhlis Zamzami Can
Mahasiswa Aligarh Muslim University, India.



Read more...!

A Love Poetry Secerah Mentari

Syair Cinta Secerah Mentari

Jikalau merindu pada purnama
Hendaklah tunggu pada waktunya
Namun, andai merindu pada diriku
Ketuklah pintu hatiku yang sedang menunggu

Jikalau merayu pada sang bunga
Janganlah terus menghirup harum baunya
Manalah tau ada racun berbisa
Nanti kau susah pula mencari obatnya

Cinta memanglah indah
Jika kau mampu menjaganya

Jangan asyik melihat awan yang tinggi
Duri di bawah tidak kau peduli
Jangan terlalu memuji si buah hati
Kalau ia lari kau yang malu sendiri

Jikalau menyemai benih biar bersusah
Bila menuai pasti kau gembira
Jikalau engkau mencari kekasih
Oh ! Carilah yang berhati mulia

Ulis Can
Aligarh, 08-12-2004


Read more...!

Bidadariku Tersayang




Bidadariku Tersayang...
Kenangan manis kita terukir indah merayu
Pasca percintaan yang amat menyatu
Tiada hari-hariku selain mengingatmu
Itulah kisah kasih kita wahai bidadariku
Bidadariku...
Perjuangan hidupku telah kau warnai
Secantik mawar kembang mewangi
Seindah warna-warni pelangi
Semerdu kicauan burung-burung menyanyi
Sekokoh gunung-gunung menjulang tinggi
Sesejuk embun di pagi hari
Sebening air surgawi
Sehalus sutera kasturi
Oh kekasih sejati...

Bidadariku...
Aku bukanlah sosok pujangga
Aku hamba Allah yang hina penuh dosa
Hidup ini tidaklah kekal selamanya
Takdir Nya tetap akan menyapa
Walau hidup bahagia atau sengsara
Walau kasihmu jujur ataupun dusta
Bidadariku...
Kejujuranmu menyentuh jiwa
Menyadarkanku akan arti seorang hamba
Di atas sajadah biru seraya berdoa
Gerimis tangis untuk sebuah asa
Semoga kita terus bersama
Dalam suka ataupun duka
Bidadariku...
Nasib tak mengenal sebuah cinta
Kebohongan takkan pernah menyatukan kita
Kecemburuan selalunya buta
Kesibukan bukanlah alasan diam atau menyapa
Ketulusan adalah kunci sebuah cinta dan cita
Dalam berjuang dan berkelana
Menempuh masa depan yang ceria
Bukan untuk mereka
Bukan untuk dia
Tapi untuk kanda
Untuk kita,
Untuk kita berdua
Bidadariku...
Berjanjilah pada kesetiaan
Aku kan menemanimu pada seribu perjalanan
Percayakan aku membawa masa depan
Dengan Doa, semangat dan perjuangan
Dalam kasih dan sayang
Untukmu bidadariku tersayang
New Delhi.19/07/05
Mukhlis Zamzami Can


Read more...!

For You Pak Hadi


Selamat Jalan Bapak Suhadi M. Salam.
By: Muchlis Zamzami Can.


Izinkan diriku membuka kalam.
Pengantar rasa hati nan dalam.
Seraya berdoa dan berucap salam.
Semoga selamat siang dan malam.


Syair kutulis selepas ‘menangis’.
Teringat kisah saat romantis.
Sosok berbudi dan sangat dinamis.
Sungguh suatu kenangan manis.

Tertulis kisah pengenang sejarah.
Mengenang saat senang dan susah.
Kisah bukan sembarang kisah.
Kisah hidup yang sangat indah.

Terkenang diri awal perjumpaan.
Bersambut dengan salam senyuman.
Senangnya hati dapat berkenalan.
Berlanjut dengan tali persaudaraan.

'Tali' terbina memikat hati.
Mendidik diri bersantun budi.
Peka terhadap suasana sepi.
Kanan memberi, kiri bersembunyi.

Bergaul tiada terbilang.
Berteman tiada memandang.
Bertugas selalu senang.
Berjanji selalu datang.

Waktu berlalu menghitung hari.
Bagai terlena di dalam mimpi.
Tak kuasa diri harus kembali.
Air menetes basahkan pipi.

Jauhnya jarak jangan diukur.
Jika bertulus pastilah akur.
Walaupun hidup sampai diumur.
Do’a dan salam pasti disalur.

Bapak dan Ibu janganlah lupa.
Kami disini selalu menyapa.
Kalaulah sampai pada masanya
Pastilah kita akan bersama.

Syair ditutup dengan senyuman.
Mendapat ilmu dan pengalaman.
Negeri Gandhi negeri kenangan.
Ukiran kisah yang sangat berkesan.

Bapak dan Ibu selamat jalan.
Semoga selamat sampai tujuan.
Kepada Bapak dan Ibu kami berpesan.
PPI India jangan terlupakan.

Wassalam.
Ulis Can.

Read more...!

Thursday, September 29, 2005

Mukhlis Zamzami Can


A b 0 u T me

I'm a very simple man belonging to simple family. I'm a fun person who enjoys with people who have good sense of humour and presence of mind

I wanna be a responsible person which was keeps his word and mouth, becouse if i keep my responsible i can to counting on to do whatever task my assigned.


And I believe a friend can confide in me. I wanna be also responsible and trustworthy. I believe that a responsible person is always there when a friend needs them. A responsible never blames others for his actions. If they screw up, they take the blame and any punishment for the course of action which they chose to take. A responsible person realize that many times he is not only responsible for himself but for others. How about you???

and 'who' i want to search & meet >>>> I'm searching for a women who can lead and guide towards the right islamic way of life instead of being honest, understanding & carring all the time.




Read more...!
 

Powered by Blogger