Suara Hati Adalah Kata Yang Tertunda

Kehidupan selalunya diakumulasi oleh dua suara yang selalu berkelahi dalam diri manusia. Yaitu Suara Hatinya dan Suara nafsunya. Hati yang selalu didampingi dengan perasaan dan raut wajah. Nafsu yang selalu didampingi dengan Akal dan Lidah. Namun selalunya suara hati itu terkalahkan oleh nafsu yang tidak terfilter. Blog ini pun hadir sebagai ungkapan2 hati ketika bersuara di dalam dada, namun tak sulit untuk dikatakan dengan lidah dan acapkali dengan bait-bait syair.

Sunday, July 02, 2006

Kado Ultah Rahmanita

Untuk Mu Yang Lagi Ultah


Izinkan diriku membuka kalam
Selaku hamba seorang Islam
Memanjatkan doa dan berucap salam
Semoga selamat siang dan malam

Secerah mentari terbit cemerlang
Burung berkicau turut bersenang
Hati siapa yang tiada kan girang
Ultah bersambut, orang pun datang

Rumah terhias merayu undangan
Buat tetangga, sahabat dan teman
Sang bidadari cantik menawan
Menjamu tamu dengan senyuman

Canda dan tawa sejenak mengusik
Suara merdu alunan musik
Kalau bernyanyi jangan berbisik
Sebab suara terdengar asik


Terkenang sejararah saat terlahir
Ibunda tersujud berucap zikir
Menendangkan bait-bait penyair
Kelak bahagia awal dan akhir

Kembanglah bunga indah berseri
Elok warnanya harum mewangi
Pergi merantau ke negri Gandhi
Mencari bekal hidup nan suci

Tersedar diri saat mengukur
Melihat bunga tumbuh subur
Teringat diri menghitung umur
Melihat amal takut ke kubur

Manusia terhormat karena akal
Akal terpuji karena amal
Amal diuji berhidup social
Hidup social bernilai moral

Ilmu itu pengangkat derajat
Orang berilmu pasti terhormat
Hiduplah dengan ilmu yang bermanfaat
Pembawa berkah dunia akhirat

Asal manusia tanpa bicara
Lalu berkembang mencari suara
Berkah hidup adalah ‘Agama’
Tanpa ‘Agama’ kekal di neraka

Hidup terhitung dengan usia
Di hiasi dengan suka dan duka
Orang berbudi akan mulia
Budi menurut ilmu dan ‘Agama’

Ketika usia hendak menyapa
Bentangkan sajadah tundukkan kepala
Ketika dunia akan tiada
Sandangkan ‘Agama’ pasrahkan pada Nya

Kasih terbina dengan cinta
Cinta terhina karena noda
Kalaulah hati pandai berbahasa
Tak kan akal berdalih logika

Pandai-pandai menanam cinta
Jangan dipupuk dengan berdusta
Kalaulah ingin hidup bahagia
Nikahlah dengan lelaki mulia

Menilai jangan sekali-kali
Bercinta harus berhati-hati
Memilih bukan mengkali-kali
Berkasih harus berteguh hati

Menjaga Shubuh wajah kan terang
Menunggu Zhuhur rezeki kan dating
Sempatkan Ashar penyakit kan hilang
Maghrib dan ‘Isya jadikan pemenang

Jauhkan ‘api’ dari kehidupan
Jauhkan ‘air’ dari penyesalan
Bulatkan niat dari pendirian
Santunkan lidah dari pergaulan

Berlayar siapkan bekal
Bersantun jangan berbual
Berfikir janganlah dangkal
Beriman, sosialkan moral

Di tutup kalam memohon ampun
Di atas kanvas berbait pantun
Di baca jangan, sampai tertegun
Di kenang boleh, jangan melamun

Izinkan diriku menutup kisah
Kisah pujangga mengenang sejarah
Jikalau nanti kita berpisah
Jangan lupakan hamba yang lemah

Selamat jalan selamat ultah
Jangan termenung lantas mengalah
Usaha dahulu barulah pasrah
Tegakkan hati giatkan ibadah

Jikalau sampai pada tujuan
Janganlah lupa bersalam-salaman
Jikalau ragu pada pilihan
Janganlah lupa menghadap Tuhan

Hidup itu berakhir mati
Nikah itu berakhir janji
Cinta itu berakhir benci
Tidur itu berakhir mimpi

Kalam ditutup seraya berdoa
Untuk sahabat bernama Nita
Jangan lupakan aku disana
Kalau kembali harus berdua

Cukup sudah puisi tertulis
Di tulis oleh seorang ulis
Kalau menulis tak pernah habis
Tapi ulis bukanlah puitis

Selamat jalan sampai tujuan
Sampaikan salam kepada kawan
Kalaulah sampai, tinggalkan pesan
Doa dan khabar hamba nantikan
Semoga Allah melindungi perjalanan

By: Ulis Can

Aligarh, 12-09-2005
New Delhi, 22-09-2005
Kado Puisi untuk temanku (Rahmanita Ginting) yang lagi ulang tahun.

Read more...!
 

Powered by Blogger